Sabtu, 10 Juli 2010

MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI INFORMASI LISAN DALAM KONTEKS

Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahaa Indonesia setara tingkat Semenjana
Kompetensi Dasar: Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks bermasyarakat
Indikator
- Pengidentifikasian sumber informasi sesuai dengan wacana
- Pencatatan isi pokok informasi dan uraian lisan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci
- Pengenalan ragam/laras bahasa
- Pembedaan proses dan hasil dengan memerhatikan ciri atau penanda kata/kalimat

Wacana

Mengantisipasi Dampak Pemanasan Global, Pelajar pun Menanam Pohon

Sedikitnya 24.000 pelajar SLTA (SMA dan SMK) di DKI Jakarta berkumpul di Dunia Fantasi Taman Impian Jaya Ancol untuk menghimpun diri dalam Club Pelajar Cinta Lingkungan “Teens Go Green”. Kekuatan pelajar ini digalang untuk memulai sekitar 400.000 pohon di DKI Jakarta. Pelajar pilihan dari 80 SMA/SMK se-DKI Jakarta itu diharapkan bisa merekrut dan mementor rekan-rekannya untuk ikut peduli ancaman pemanasan global dan perubahan iklim dengan aksi nyata, seperti menanam pohon. “Rantai manusia” ini akan menjadi momentum kepedulian pelajar Ibu Kota terhadap persoalan serius lingkungan. Berdirinya Club Pelajar Cinta Lingkungan itu dicanangkan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Sabtu, 1 / 12 di Panggung Maksima, Dunia Fantasi, Taman Impian Jaya Ancol (TIJA). Acara itu terselenggara atas kerja sama TIJA, Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI Jakarta, Yayasan Kehati, Harian Kompas, Warta Kota, dan Radio Prambors. Fauzi mengatakan, saat ini pelajar sudah menjadi pemelihara lingkungan, diharapkan lima tahun sampai 10 tahun mendatang, lingkungan akan lebih baik. Hari ini baru 80 SLTA besok seluruh sekolah SLTP dan SLTA di DKI Jakarta diharapkan bergabung. Fauzi juga memaparkan program pengurangan polusi yang dijanjikan akan mampu mengurangi tingkat polusi sampai 30 persen. “Itu bisa dicapai salah satunya dengan mendorong penggunaan energi alternatif bahan bakar gas terutama untuk angkutan umum,” katanya. Terkait dengan program hutan bakau, Fauzi berjanji akan lebih banyak menanam bakau di pesisir. Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Budi Karya Sumadi engatakan, 2.400 pelajar yang mendukung “Teens Go Green” ini akan menjadi inisiator pelajar peduli lingkungan. Mereka akan menanam dan memonitor lingkungan di Jakarta. Untuk menarik minat pelajar, anggota
klub terpilih dari setiap SLTA akan mendapatkan fasilitas kartu bebas masuk semua wahana di Ancol. Di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, Ny Ani Yudhoyono bersama Ny Mufidah Kalla dan sekitar 1.000 perempuan lain juga serentak menanam berbagai jenis pohon langka. Penanaman pohon oleh Ny Ani Yudhoyono 21 dan Ny Mufidah Kalla itu dilakuan bersama dengan tujuh organisasi perempuan di seluruh Indonesia pukul 08.00 WIB. Tujuh organisasi perempuan yang bergabung dalam Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara 10 Juta Pohon adalah Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Dharma Pertiwi, Bhayangkari, Dharma Wanita Persatuan, Tim Pengerak
PKK, dan Aiansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Selain para pejabat, penanaman 1.000 pohon di Cibubur mengerahkan anak sekolah dan anggota Pramuka.
Ny Ani Yudhoyono menanam pohon kecapi (Sandoricum koetjape), sedangkan Ny Mufidah Kalla menanam pohon jamblang (Syzygium cunini).
Sebanyak 1.000 bibit pohon yang umumnya pohon langka untuk kegiatan penanaman di Cibubur disediakan Dinas Pertamanan dan Kehutanan DKI Jakarta. Usai penanaman serentak, Ny Ani melakukan konferensi jarak jauh dengan Ny Moenartinin T. Narang di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang serentak menanam 3.000 pohon dan Contantina Suai di Jayapura, Papua, yang serentak nenanam 4.000 pohon. “Jangan lupa pohon-pohon
itu dipelihara dan disirami agar tumbuh dan bermanfaat,” ujar Ny Ani. Tiga hari sebelumnya, dalam upaya menyelamatkan bumi dan menyambut Konferensi Para Pihak Ke-13 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP-13/UNFCCC), Presiden Yudhoyono
menanam pohon di Cibadak, Bogor, Jawa Barat, dalam gerakan menanam 79 juta pohon.

A. Memahami Sumber Informasi
Segala sesuatu yang memberikan tambahan pengetahuan serta wawasan seseorang dapat disebut informasi. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan maupun tulisan yang disebut dengan sumber informasi. Sumber informasi dapat berbentuk media tulis cetak, seperti buku, koran, tabloid, majalah, ensiklopedia, surat, buletin, jurnal, dan selebaran. Sumber informasi dapat pula berbentuk media elektronik, seperti radio, televisi, internet, atau didapat langsung dari narasumber yang
bersangkutan dengan melalui percakapan, wawancara, diskusi, seminar, dan lain-lain. Narasumber tentunya orang-orang yang dianggap ahli dibidangnya, seperti tokoh agama, para guru, dan ilmuwan.
Sesuatu disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria di bawah ini.
1.Berisi informasi bersifat objektif, masuk akal, dan faktual
2.Mudah didapat dan dikenal oleh umum
3.Keberadaannya resmi atau diakui
4.Dapat berupa media cetak atau elektronik
5.Dapat ditelaah, dikaji, dan dijadikan ilmu
6.Dapat berbentuk arsip, dokumentasi, dan peninggalan sejarah yang memang telah diteliti kebenarannya
7.Dapat berupa narasumber, yaitu dari orang yang diakui ahli dalam bidangnya, informasinya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan

Sesuatu tidak dapat disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria berikut.
1.Sarananya belum dikenal secara umum
2.Berisi hal-hal yang tak masuk akal dan tak dapat dibuktikan
3.kebenarannya
3.Masih berisi asumsi, opini, yang perlu dikaji lagi secara ilmiah
4.Sumber informasi tidak akurat dan tidak tetap, selalu berubah-ubah

Banyak sumber informasi yang dapat kita pilih. Memilih sumber informasi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kemudahan dalam mendapatkannya, kualitas isinya, dan bentuk penyampaiannya. Untuk sumber informasi yang berbentuk media cetak, tentunya cara memperoleh atau menggalinya ialah dengan membaca. Kegemaran membaca membantu memperolah informasi sebanyak-banyaknya dari sumber informasi cetak atau tertulis. Jika membaca tidak menjadi kegemaran, kemungkinan
mendapatkan informasi dapat dengan memanfaatkan media elektronik. Informasi yang disajikan berbetuk audio-visual, selain dapat dilihat juga dapat didengar. Bentuk media elektronik saat ini dibuat dengan aneka ragam bentuk serta model yang dapat digunakan dan dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.
Sumber informasi juga dapat dijadikan sarana penunjang proses belajarmengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan sarana berisi alat dan sumber belajar. Dalam kegiatan menyimak, sumber informasi yang digunakan sebagai bahan simakan adalah yang berbentuk rekaman atau uraian lisan. Melaluiinformasi yang didengarnya, siswa melakukan penyimakan.

B. Jenis Sifat Informasi
Dari segi sifat dan uraiannya, informasi dapat dibedakan menjadi informasi bersifat faktual, informasi bersifat opini atau konsep, dan informasi bersifat pemerian/perincian.
1. Informasi bersifat faktual ialah informasi yang berisi fakta-fakta, peristiwa nyata dan dapat dibuktikan. Informasi faktual terdiri atas fakta umum dan fakta khusus.
a. Fakta umum, yaitu informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya.
Contoh:
-Ayah baru pulang dari luar negeri dan sekarang mereka sedang menjemputnya di bandara.
-Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.
-Terjadi perampokan di sebuah rumah. Perampok berhasil menggasak barang-barang pemilik rumah.
b. Fakta khusus, yaitu informasi yang berisi kejadian atau peristiwa yang dijelaskan secara terperinci atau detail.
Contoh:
-Ayah baru pulang dari Amsterdam dan Ibu, adik serta Paman sedang menjemputnya di Bandara Soekarno-Hatta.
-Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Gunung Sahari Senen, serta warung di pinggiran proyek Senen terkena razia.
-Terjadi perampokan di sebuah rumah gedung di Jalan Sukapura, Tanjung Priok Jakarta Utara. Perampok berhasil menggasak 30 gram perhiasan, 1 unit komputer serta uang 150 juta rupiah.
2. Informasi bersifat Opini atau Konsep
Informasi bersifat opini ialah informasi yang masih berupa pendapat, pikiran atau pendirian seseorang tentang sesuatu. Konsep ialah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
Contoh opini:
-Banyak remaja sekarang yang bersifat permisif, mengganggap semua serbaboleh tanpa mempertimbangkan norma-norma yang berlaku.
-Sebagian besar lulusan UN tahun ini mendapatkan nilai yang memuaskan, hal itu dikatakan Kepala Sekolah SMK At-Takwa dalam pidato sambutan pada acara perpisahan siswa kelas 3.
Contoh konsep:
-Sebelum seminar atau diskusi dimulai, biasanya para peserta diskusi diberikan sebuah makalah. Makalah adalah tulisan yang berisikan prasaran, pendapat yang berisi uraian atau pembahasan pokok persoalan yang akan dibicarakan dalam rapat, diskusi, dan sejenisnya. Makalah juga sering diartikan jenis tugas pada mata kuliah tertentu yang berisi hasil kajian pustaka atau tulisan tentang suatu hal.
3. Informasi bersifat pemerian
Dalam menjelaskan sesuatu yang bersifat uraian khusus, penulis biasanya menjabarkan penjelasan khusus tersebut menyamping atau horizontal atau berbentuk satuan ke bawah secara vertikal. Uraian
khusus yang berupa penyebutan berbentuk kata atau frasa umumnya ditulis secara horizontal atau melebar dari kiri ke kanan. Namun ada juga perincian yang berupa unsur-unsur atau bagian yang berbentuk kalimat.
Contoh rincian berbentuk kalimat ditulis berbentuk satuan-satuan secara vertikal.
- Proses untuk mempelajari unsur-unsur suatu bahasa meliputi:
(1)Pengenalan lambang-lambang bunyi,
(2)Pengenalan lafal dan tanda baca,
(3)Pemahaman kosakata bersifat kekrabatan, dan
(4)Pemahaman terhadap bentuk kata, frasa, kata tugas, klausa, dan perubahan makna.
Contoh perincian berbentuk kata yang ditulis secara horizontal. Masingmasing unsurnya dipisahkan oleh tanda koma (,)
- Untuk keperluan lomba lukis, Reihan harus menyiapkan alat tulis, karton, cat air, dan kuas.
C. Ragam Bahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat aneka ragam bahasa yang timbul akibat pengaruh dari berbagai hal yang berhubungan dengan penutur bahasa dan sarana atau media yang digunakan.
1. Hal yang berhubungan dengan penutur dapat dibedakan seperti berikut.
A. Latar belakang daerah penutur.
Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa Indonesia
yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya. Contoh: Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi biasanya menggunakan fonem /e/ untuk melafalkan kata yang berakhir dengan vokal /a/., misalnya apa menjadi ape, di mana menj di di mane, dan seterusnya. Begitu pula dengan logat Jawa untuk menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan terdengar
bunyi an konsonan /m/, misalnya, Bandung menjadi mBandung, Bogor menjadi mBogor.
B. Latar belakang pendidikan penutur.
Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang
berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau
tidak baku. Contoh pengucapan kata film, foto, fokus, fakultas diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.

C. Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur.
Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati, misalnya pimpinan perusahaan.
Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh pemilihan
katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung tidak baku,sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informalhanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas. Kata-kata daerahatau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing penuturnyamemahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata tersebut.

Jagoan & Bidadariku

Kau jadi Sinar rembulan yang menerangi langkah ku di Kegelapan. Memberi penghiburan di saat ku sedih...........

Harapan masa depan yang penuh dengan rasa optimis. ku berjuang demi Cita-cita mu anakku.................

MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI LAFAL, TEKANAN, INTONASI, DAN JEDA YANG LAZIM/ BAKU DAN YANG TIDAK

Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat semenjana
Kompetensi Dasar : Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak.

Wacana

Apakah Kamu Perokok Pasif?
Ayu, teman Sinta, menyalakan rokok setiap ia mendapatkan kesempatan. Ayu melakukannya ketika ia sedang berkumpul bersama teman-temannya pada Jumat malam di sebuah restoran pizza sebelum menonton bareng acara sepak bola mania. Padahal Ayu juga mengajak serta adik laki-laki Sinta.
Melihat kelakuan Ayu, Sinta merasa khawatir terhadap kebiasaan temannya itu. Kebiasaan merokok yang dilakukan Ayu akan memberi dampak kesehatan bagi teman-temannya dan juga dirinya sendiri. Sinta tak yakin Ayu menyadari bahwa kebiasaannya itu bisa sangat berpengaruh serius pada kesehatan orang di sekitarnya.
Setiap orang memahami bahwa merokok adalah suatu hal yang merugikan. Begitu pula dirimu mungkin sudah mendengar bahwa menghirup asap yang dikeluarkan oleh orang yang merokok sangat berbahaya bagi kesehatanmu.
Asap yang dihasilkan oleh rokok atau asap sekunder, terdiri atas dua jenis. Pertama, asap yang dikeluarkan oleh para perokok disebut asap mainstream. Kedua, asap yang mengalir dari batang rokok atau pipa rokok isebut asap sidestream. Kedua asap itu mengandung ribuan senyawa kimia, mulai dari amonia, arsenik, sampai hidrogen sianid. Kebanyakan
dari senyawa yang terkandung dalam asap rokok telah terbukti sebagai racun atau sebagai penyebab kanker yang disebut karsinogen.
Beberapa senyawa kimia yang ditemukan dalam asap sekunder berbentuk konsentrasi tinggi. Asap ini ternyata secara signifikan meningkatkan risiko individu terjangkit :
1. Infeksi pernapasan (seperti bronkritis dan pneuminia).
2. Asma (asap sekunder adalah faktor yang membawa risiko asma dan dapat memicu serangan pada individu yang telah menderita asma sebelumnya).
3. Batuk, radang tenggorokan, bersin, dan napas tersendat-sendat.
4. Kanker.
5. Sakit jantung.

Jadi, asap sekunder tidak hanya memberi dampak terhadap individu di masa datang, tapi juga dapat menjadi masalah di saat ini, seperti memberi dampak pada performa orang dalam berolahraga atau dapat memengaruhi kekuatan fisik individu yang aktif berolahraga.
Memahami kemungkinan-kemungkinan menghirup asap sekunder tersebut, apa yang dapat kamu lakukan? Apalagi kamu mengetahui siapa saja yang biasa merokok. Mungkin saja yang melakukan adalah kakekmu atau laki-laki yang biasa kamu ajak jalan atau teman kerja. Yang jelas, dirimu merokok atau dirimu sering berada di sekitar orang yang merokok, kamu harus memahami bahwa menghirup asap tembakau rokok tidak baik untuk kesehatan. Meskipun hanya dalam waktu singkat atau sesaat saja, deraan asap itu berdampak langsung tanpa hambatan bagi tubuh kamu.
Jika kamu merokok, cobalah untuk berhenti. Berhenti merokok bukanlah hal yang mudah karena merokok sifatnya sangat candu. Tapi, sekarang ini sudah banyak program dan orang yang bisa membantu kamu untuk memulai sesuatu yang berani, yaitu menjadi orang yang bebas dari rokok.
Pertimbangankanlah keuntungan-keuntungan yang akan kamu peroleh, seperti kamu akan terlihat, merasa, dan beraroma tubuh lebih baik. Di samping itu, tentu saja tanpa keraguan kamu akan mempunyai uang lebih banyak untuk ditabung atau untuk sekadar jalan-jalan sambil menunjukkan kepada lingkungan bahwa kamu adalah orang yang baru, yang sehat! Mungkin saja dengan mengetahui bahwa kamu melindungi orang-orang di sekitarmu yang kamu cintai dengan berhenti merokok, bisa membantumu memiliki keinginan yang lebih kuat untuk menendang jauh kebiasaan burukmu itu.
Jika kamu tidak merokok, cobalah dua tindakan berikut.
1. Ajaklah keluar semua perokok jauh dari orang lain, terutama anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Asap rokok akan terus berputar di udara meski beberapa jam setelah rokok dimatikan. Hal ini berarti bila seorang perokok mengisap rokoknya dalam ruangan, orang lain yang ada dalam ruangan tersebut juga ikut menghirupnya. Karena asap dapat melekat pada orang dan juga pakaian, saat perokok kembali ke dalam ruangan, ia diharuskan mencuci tangan dan mengganti pakaiannya, terutama sebelum memegang atau memeluk anak-anak.
2. Jangan pernah membiarkan orang yang bersamamu di dalam mobil Bahasa Indonesia merokok. Meskipun membiarkan rokok diarahkan keluar jendela dan mengeluarkan asapnya ke luar, tetap berpengaruh kecil. Sudah terbukti bahwa perokok pasif sangat membahayakan diri.

Jadi, diharapkan para perokok bisa berniat untuk mengambil langkah sederhana, yaitu memilih tempat khusus untuk menyalakan rokoknya. Selain itu, orang yang tak merokok pun harus memiliki pilihan, yaitu bisa menjauh dari orang yang merokok di sekitarnya baik di rumah, sekolah, dan restoran. Peraturan baru tentang aktivitas merokok di tempat umum harus segera diterapkan sehingga orang yang tidak merokok lebih mudah untuk menikmati udara bebas rokok selama hidup.


A. Tujuan Menyimak
Salah satu keterampilan bahasa ialah menyimak. Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat mendengar seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Sesungguhnya proses menyimak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses
menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspekaspek sebuah bahasa.
Kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mempelajari aspek-aspek bahasa meliputi hal-hal berikut.
a. Pengenalan dan pemahaman tentang unsur-unsur bunyi dan hal yang membentuknya seperti alat ucap yang disebut dengan ilmu fonetik dan fonemik.
b. Proses pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan unsur-unsur kalimat.
c. Pembagian kosakata dan hal yang menyangkut makna.
d. Makna kata berdasarkan situasi dan konteks pemakaiannya.
e. Makna budaya yang tercakup dan tersirat dalam suatu pesan, dan sebagainya.

B. Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda
Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam bentuk tertulisnya disebut huruf. Lambang-lambang ujaran ini di dalam bahasa Indonesia terbagi dua, yaitu vokal dan konsonan. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambanglambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya.

Fonem vokal di dalam bahasa Indonesia secara umum dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran walaupun penulisannya hanya lima ( a, i , u, e, o ). Misalnya,
fonem / a / dilafalkan [ a ]
fonem / i / dilafalkan [ i ]
fonem / u / dilafalkan [u ]
fonem / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ] , [ ə ] atau e lemah, dan [ε] atau e lebar.
Contoh pemakaian katanya;
lafal [ e ] pada kata < sate >
lafal [ə ] pada kata < pəsan >
lafal [ε ] pada kata < n ε n ε k >
fonem / o / terdiri atas lafal [ o ] biasa dan lafal [ ] atau o bundar.
Contoh pemakaian katanya:
lafal [ o ] pada kata [ orang ]
lafal [ ] pada kata [ p h n ], saat mengucapkannya bibir lebih maju
dan bundar.
Variasi lafal fonerm / e / dan / o / ini memang tak begitu dirasakan,

Cenderung tersamar karena pengucapannya tidak mengubah arti kecuali pada kata-kata tertentu yang termasuk jenis homonim.
Tidak ada pedoman khusus yang mengatur ucapan atau lafal ini seperti bagaimana diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) yang harus dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Lafal sering dipengaruhi oleh bahasa daerah mengingat pemakai bahasa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa aerah ini merupakan bahasa Ibu yang sulit untuk dihilangkan sehingga saat menggunakan bahasa Indonesia sering dalam pengucapan diwarnai oleh unsur bahasa daerahnya. Contoh: kata diucapkan oleh orang Betawi menjadi ,

diucapkan . Pada bahasa Tapanuli (Batak), pengucapan e umumnya menjadi ε, seperti kata menjadi , atau pada bahasa daerah Bali dan Aceh pengucapan huruf t dan d terasa kental sekali, misalnya ucapan kata teman seperti terdengar deman, di Jawa khusunya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf b sering diiringi dengan bunyi /m / misalnya, menjadi [mBali], menjadi {mbesok] dan sebagainya.
Selain itu pelafalan kata juga dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Perhatikan contoh di bawah ini.
telur -------- telor
kursi -------- korsi
lubang -------- lobang
kantung -------- kant ng
senin -------- sənεn
rabu -------- reb
kamis -------- kemis
kerbau -------- kebo, dan lain sebagainya.
Menurut EYD, huruf vokal dan konsonan didaftarkan dalam urutan abjad, dari a sampai z dengan lafal atau pengucapannya. Secara umum setiap pelajar dapat melafalkan abjad dengan benar, namun ada pelafalan beberapa huruf yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena sering dipengaruhi oleh lafal bahasa asing atau bahasa Inggris.
Contoh:
-- huruf c dilafalkan ce bukan se,
-- huruf g dilafalkan ge bukan ji
-- huruf q dilafalkan ki bukan kyu
-- huruf v dilafalkan fe bukan fi
-- huruf x dilafalkan eks bukan ek
-- huruf y dilafalkan ye bukan ey
Jadi : Pengucapan MTQ adalah [em te ki] bukan [em te kyu]
Pengucapan TV adalah [te fe] bukan [ti fi]
Pengucapan exit adalah [eksit] bukan [ekit]
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan w atau y yang disebut dengan diftong.
Contoh:
1. Gabungan vokal /ai/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [ay] pada kata:
- sungai menjadi sungay
- gulai menjadi gulay
- pantai menjadi pantay
2. Gabungan vokal /au/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [aw] pada kata:
- harimau menjadi harimaw
- limau menjadi limaw
- kalau menjadi kalaw
3. Gabungan vokal / oi / menimbulkan bunyi konsonan luncuran [oy] pada kata:
- koboi menjadi koboy
- amboi menjadi amboy
- sepoi menjadi sepoy
Tetapi, ada kata-kata yang menggunakan unsur gabungan tersebut di atas tetap dibaca sesuai lafal kedua vokalnya.
Contoh: - dinamai tetap dibaca [dinamai]
- bermain tetap dibaca [bermain]
- mau tetap dibaca [mau]
- daun tetap dibaca [daun]
- koin tetap dibaca [koin]
- heroin tetap dibaca [heroin]
Ada juga dalam tata bahasa Indonesia, gabungan konsonan yang dilafalkan dengan satu bunyi, seperti fonem /kh/, / sy/, ny/, /ng/ dan /nk/. Meskipun ditulis dengan dua huruf, tetapi dilafalkan satu bunyi, contoh:
khusus , syarat, nyanyi, hangus, bank.
Lafal dan fonem merupakan unsur segmental di dalam bahasa Indonesia. Selain unsur ini, ada pula unsur lain yang fungsinya berkaitan dengan unsur suprasegmental, yaitu tekanan, intonasi, dan jeda. Tekanan adalah gejala yang ditimbulkan akibat adanya pengkhususan dalam pelafalan sebuah suku kata atau kata. Tekanan adalah bentuk tinggi rendahnya, panjang pendeknya, atau keras lembutnya suara atau pengucapan. Biasanya kata yang mengalami tekanan tertentu adalah kata yang dipentingkan.
Tekanan dalam bahasa Indonesia tidak mengubah makna seperti pada bahasa Batak Toba /bóntar/ artinya putih, dan /bentár/ artinya darah.
Tekanan hanya menunjukkan sesuatu kata atau frasa yang ditonjolkan atau dipentingkan agar mendapat pemahaman secara khusus bagi pendengar.
Tekanan tertentu pada sebuah kata atau frasa menguatkan maksud pembicara. Biasanya tekanan didukung oleh ekspresi atau mimik wajah sebagai bagian dari ciri bahasa lisan.
Contoh penggunaan pola tekanan:
1. Adi membeli novel di toko buku.
(yang membeli novel Adi, bukan orang lain)
2. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel, bukan membaca)
3. Adi membeli novel di toko buku.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X
(yang dibeli Adi novel bukan alat tulis)
4. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel di toko buku bukan di pasar)
Ciri suprasegmental lainnya adalah intonasi. Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Intonasi lazim dinyatakan dengan angka (1,2,3,4). Angka 1 melambangkan titinada paling rendah, sedangkan angka 4 melambangkan titinada paling tinggi. Penggunaan intonasi menandakan suasana hati penuturnya. Dalam keadaan marah seseorang sering menyatakan sesuatu dengan intonasi menaik dan meninggi, sedangkan suasana sedih cenderung berintonasi menurun. Intonasi juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat. Kalimat yang diucapkan dengan intonasi akhir menurun biasanya bersifat pernyataan, sedangkan yang diakhiri dengan intonasi menaik umumnya berupa kalimat tanya.
Contoh:
- Mereka sudah pergi.
- Mereka sudah pergi? Kapan?
Berbicara tentang intonasi berarti berbicara juga tentang jeda. Jeda adalah penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan.
Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan.
Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan garis miring [/], tanda koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda
hubung [-], atau tanda pisah [--]. Jeda juga dapat memengaruhi pengertian
atau makna kalimat. Perhatikan contoh di bawah ini.

Menurut pemeriksaan dokter Joko Susanto memang sakit
Kalimat ini dapat mengandung pengertian yang berbeda jika jedanya berubah. Misalnya,
a. Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit.
(yang sakit dokter Joko Susanto)
b. Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit.
(yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto)
c. Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit.
(yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto)

C. Ciri Bahasa Indonesia Baku
Bahasa baku adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedoman yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Pedoman Pembentukan Istilah, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bahasa yang tidak mengikuti kaidahkaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak baku. Fungsi bahasa baku ialah sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan, dan kerangka acuan. Ciri-ciri ragam bahasa baku, yaitu, sebagai berikut.
1. Digunakan dalam situasi formal, wacana teknis, dan forum-forum resmi seperti seminar atau rapat.
2. Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan aturannya tetap dan tidak dapat berubah.
3. Bersifat kecendekiaan, artinya wujud dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang lain mengungkapkan penalaran yang teratur.
4. Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah.
5. Dari segi pelafalan, tidak memperlihatkan unsur kedaerahan atau asing.