Sabtu, 10 Juli 2010

MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI LAFAL, TEKANAN, INTONASI, DAN JEDA YANG LAZIM/ BAKU DAN YANG TIDAK

Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat semenjana
Kompetensi Dasar : Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak.

Wacana

Apakah Kamu Perokok Pasif?
Ayu, teman Sinta, menyalakan rokok setiap ia mendapatkan kesempatan. Ayu melakukannya ketika ia sedang berkumpul bersama teman-temannya pada Jumat malam di sebuah restoran pizza sebelum menonton bareng acara sepak bola mania. Padahal Ayu juga mengajak serta adik laki-laki Sinta.
Melihat kelakuan Ayu, Sinta merasa khawatir terhadap kebiasaan temannya itu. Kebiasaan merokok yang dilakukan Ayu akan memberi dampak kesehatan bagi teman-temannya dan juga dirinya sendiri. Sinta tak yakin Ayu menyadari bahwa kebiasaannya itu bisa sangat berpengaruh serius pada kesehatan orang di sekitarnya.
Setiap orang memahami bahwa merokok adalah suatu hal yang merugikan. Begitu pula dirimu mungkin sudah mendengar bahwa menghirup asap yang dikeluarkan oleh orang yang merokok sangat berbahaya bagi kesehatanmu.
Asap yang dihasilkan oleh rokok atau asap sekunder, terdiri atas dua jenis. Pertama, asap yang dikeluarkan oleh para perokok disebut asap mainstream. Kedua, asap yang mengalir dari batang rokok atau pipa rokok isebut asap sidestream. Kedua asap itu mengandung ribuan senyawa kimia, mulai dari amonia, arsenik, sampai hidrogen sianid. Kebanyakan
dari senyawa yang terkandung dalam asap rokok telah terbukti sebagai racun atau sebagai penyebab kanker yang disebut karsinogen.
Beberapa senyawa kimia yang ditemukan dalam asap sekunder berbentuk konsentrasi tinggi. Asap ini ternyata secara signifikan meningkatkan risiko individu terjangkit :
1. Infeksi pernapasan (seperti bronkritis dan pneuminia).
2. Asma (asap sekunder adalah faktor yang membawa risiko asma dan dapat memicu serangan pada individu yang telah menderita asma sebelumnya).
3. Batuk, radang tenggorokan, bersin, dan napas tersendat-sendat.
4. Kanker.
5. Sakit jantung.

Jadi, asap sekunder tidak hanya memberi dampak terhadap individu di masa datang, tapi juga dapat menjadi masalah di saat ini, seperti memberi dampak pada performa orang dalam berolahraga atau dapat memengaruhi kekuatan fisik individu yang aktif berolahraga.
Memahami kemungkinan-kemungkinan menghirup asap sekunder tersebut, apa yang dapat kamu lakukan? Apalagi kamu mengetahui siapa saja yang biasa merokok. Mungkin saja yang melakukan adalah kakekmu atau laki-laki yang biasa kamu ajak jalan atau teman kerja. Yang jelas, dirimu merokok atau dirimu sering berada di sekitar orang yang merokok, kamu harus memahami bahwa menghirup asap tembakau rokok tidak baik untuk kesehatan. Meskipun hanya dalam waktu singkat atau sesaat saja, deraan asap itu berdampak langsung tanpa hambatan bagi tubuh kamu.
Jika kamu merokok, cobalah untuk berhenti. Berhenti merokok bukanlah hal yang mudah karena merokok sifatnya sangat candu. Tapi, sekarang ini sudah banyak program dan orang yang bisa membantu kamu untuk memulai sesuatu yang berani, yaitu menjadi orang yang bebas dari rokok.
Pertimbangankanlah keuntungan-keuntungan yang akan kamu peroleh, seperti kamu akan terlihat, merasa, dan beraroma tubuh lebih baik. Di samping itu, tentu saja tanpa keraguan kamu akan mempunyai uang lebih banyak untuk ditabung atau untuk sekadar jalan-jalan sambil menunjukkan kepada lingkungan bahwa kamu adalah orang yang baru, yang sehat! Mungkin saja dengan mengetahui bahwa kamu melindungi orang-orang di sekitarmu yang kamu cintai dengan berhenti merokok, bisa membantumu memiliki keinginan yang lebih kuat untuk menendang jauh kebiasaan burukmu itu.
Jika kamu tidak merokok, cobalah dua tindakan berikut.
1. Ajaklah keluar semua perokok jauh dari orang lain, terutama anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Asap rokok akan terus berputar di udara meski beberapa jam setelah rokok dimatikan. Hal ini berarti bila seorang perokok mengisap rokoknya dalam ruangan, orang lain yang ada dalam ruangan tersebut juga ikut menghirupnya. Karena asap dapat melekat pada orang dan juga pakaian, saat perokok kembali ke dalam ruangan, ia diharuskan mencuci tangan dan mengganti pakaiannya, terutama sebelum memegang atau memeluk anak-anak.
2. Jangan pernah membiarkan orang yang bersamamu di dalam mobil Bahasa Indonesia merokok. Meskipun membiarkan rokok diarahkan keluar jendela dan mengeluarkan asapnya ke luar, tetap berpengaruh kecil. Sudah terbukti bahwa perokok pasif sangat membahayakan diri.

Jadi, diharapkan para perokok bisa berniat untuk mengambil langkah sederhana, yaitu memilih tempat khusus untuk menyalakan rokoknya. Selain itu, orang yang tak merokok pun harus memiliki pilihan, yaitu bisa menjauh dari orang yang merokok di sekitarnya baik di rumah, sekolah, dan restoran. Peraturan baru tentang aktivitas merokok di tempat umum harus segera diterapkan sehingga orang yang tidak merokok lebih mudah untuk menikmati udara bebas rokok selama hidup.


A. Tujuan Menyimak
Salah satu keterampilan bahasa ialah menyimak. Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat mendengar seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Sesungguhnya proses menyimak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses
menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspekaspek sebuah bahasa.
Kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mempelajari aspek-aspek bahasa meliputi hal-hal berikut.
a. Pengenalan dan pemahaman tentang unsur-unsur bunyi dan hal yang membentuknya seperti alat ucap yang disebut dengan ilmu fonetik dan fonemik.
b. Proses pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan unsur-unsur kalimat.
c. Pembagian kosakata dan hal yang menyangkut makna.
d. Makna kata berdasarkan situasi dan konteks pemakaiannya.
e. Makna budaya yang tercakup dan tersirat dalam suatu pesan, dan sebagainya.

B. Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda
Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam bentuk tertulisnya disebut huruf. Lambang-lambang ujaran ini di dalam bahasa Indonesia terbagi dua, yaitu vokal dan konsonan. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambanglambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya.

Fonem vokal di dalam bahasa Indonesia secara umum dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran walaupun penulisannya hanya lima ( a, i , u, e, o ). Misalnya,
fonem / a / dilafalkan [ a ]
fonem / i / dilafalkan [ i ]
fonem / u / dilafalkan [u ]
fonem / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ] , [ ə ] atau e lemah, dan [ε] atau e lebar.
Contoh pemakaian katanya;
lafal [ e ] pada kata < sate >
lafal [ə ] pada kata < pəsan >
lafal [ε ] pada kata < n ε n ε k >
fonem / o / terdiri atas lafal [ o ] biasa dan lafal [ ] atau o bundar.
Contoh pemakaian katanya:
lafal [ o ] pada kata [ orang ]
lafal [ ] pada kata [ p h n ], saat mengucapkannya bibir lebih maju
dan bundar.
Variasi lafal fonerm / e / dan / o / ini memang tak begitu dirasakan,

Cenderung tersamar karena pengucapannya tidak mengubah arti kecuali pada kata-kata tertentu yang termasuk jenis homonim.
Tidak ada pedoman khusus yang mengatur ucapan atau lafal ini seperti bagaimana diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) yang harus dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Lafal sering dipengaruhi oleh bahasa daerah mengingat pemakai bahasa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa aerah ini merupakan bahasa Ibu yang sulit untuk dihilangkan sehingga saat menggunakan bahasa Indonesia sering dalam pengucapan diwarnai oleh unsur bahasa daerahnya. Contoh: kata diucapkan oleh orang Betawi menjadi ,

diucapkan . Pada bahasa Tapanuli (Batak), pengucapan e umumnya menjadi ε, seperti kata menjadi , atau pada bahasa daerah Bali dan Aceh pengucapan huruf t dan d terasa kental sekali, misalnya ucapan kata teman seperti terdengar deman, di Jawa khusunya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf b sering diiringi dengan bunyi /m / misalnya, menjadi [mBali], menjadi {mbesok] dan sebagainya.
Selain itu pelafalan kata juga dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Perhatikan contoh di bawah ini.
telur -------- telor
kursi -------- korsi
lubang -------- lobang
kantung -------- kant ng
senin -------- sənεn
rabu -------- reb
kamis -------- kemis
kerbau -------- kebo, dan lain sebagainya.
Menurut EYD, huruf vokal dan konsonan didaftarkan dalam urutan abjad, dari a sampai z dengan lafal atau pengucapannya. Secara umum setiap pelajar dapat melafalkan abjad dengan benar, namun ada pelafalan beberapa huruf yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena sering dipengaruhi oleh lafal bahasa asing atau bahasa Inggris.
Contoh:
-- huruf c dilafalkan ce bukan se,
-- huruf g dilafalkan ge bukan ji
-- huruf q dilafalkan ki bukan kyu
-- huruf v dilafalkan fe bukan fi
-- huruf x dilafalkan eks bukan ek
-- huruf y dilafalkan ye bukan ey
Jadi : Pengucapan MTQ adalah [em te ki] bukan [em te kyu]
Pengucapan TV adalah [te fe] bukan [ti fi]
Pengucapan exit adalah [eksit] bukan [ekit]
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan w atau y yang disebut dengan diftong.
Contoh:
1. Gabungan vokal /ai/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [ay] pada kata:
- sungai menjadi sungay
- gulai menjadi gulay
- pantai menjadi pantay
2. Gabungan vokal /au/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [aw] pada kata:
- harimau menjadi harimaw
- limau menjadi limaw
- kalau menjadi kalaw
3. Gabungan vokal / oi / menimbulkan bunyi konsonan luncuran [oy] pada kata:
- koboi menjadi koboy
- amboi menjadi amboy
- sepoi menjadi sepoy
Tetapi, ada kata-kata yang menggunakan unsur gabungan tersebut di atas tetap dibaca sesuai lafal kedua vokalnya.
Contoh: - dinamai tetap dibaca [dinamai]
- bermain tetap dibaca [bermain]
- mau tetap dibaca [mau]
- daun tetap dibaca [daun]
- koin tetap dibaca [koin]
- heroin tetap dibaca [heroin]
Ada juga dalam tata bahasa Indonesia, gabungan konsonan yang dilafalkan dengan satu bunyi, seperti fonem /kh/, / sy/, ny/, /ng/ dan /nk/. Meskipun ditulis dengan dua huruf, tetapi dilafalkan satu bunyi, contoh:
khusus , syarat, nyanyi, hangus, bank.
Lafal dan fonem merupakan unsur segmental di dalam bahasa Indonesia. Selain unsur ini, ada pula unsur lain yang fungsinya berkaitan dengan unsur suprasegmental, yaitu tekanan, intonasi, dan jeda. Tekanan adalah gejala yang ditimbulkan akibat adanya pengkhususan dalam pelafalan sebuah suku kata atau kata. Tekanan adalah bentuk tinggi rendahnya, panjang pendeknya, atau keras lembutnya suara atau pengucapan. Biasanya kata yang mengalami tekanan tertentu adalah kata yang dipentingkan.
Tekanan dalam bahasa Indonesia tidak mengubah makna seperti pada bahasa Batak Toba /bóntar/ artinya putih, dan /bentár/ artinya darah.
Tekanan hanya menunjukkan sesuatu kata atau frasa yang ditonjolkan atau dipentingkan agar mendapat pemahaman secara khusus bagi pendengar.
Tekanan tertentu pada sebuah kata atau frasa menguatkan maksud pembicara. Biasanya tekanan didukung oleh ekspresi atau mimik wajah sebagai bagian dari ciri bahasa lisan.
Contoh penggunaan pola tekanan:
1. Adi membeli novel di toko buku.
(yang membeli novel Adi, bukan orang lain)
2. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel, bukan membaca)
3. Adi membeli novel di toko buku.
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X
(yang dibeli Adi novel bukan alat tulis)
4. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel di toko buku bukan di pasar)
Ciri suprasegmental lainnya adalah intonasi. Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Intonasi lazim dinyatakan dengan angka (1,2,3,4). Angka 1 melambangkan titinada paling rendah, sedangkan angka 4 melambangkan titinada paling tinggi. Penggunaan intonasi menandakan suasana hati penuturnya. Dalam keadaan marah seseorang sering menyatakan sesuatu dengan intonasi menaik dan meninggi, sedangkan suasana sedih cenderung berintonasi menurun. Intonasi juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat. Kalimat yang diucapkan dengan intonasi akhir menurun biasanya bersifat pernyataan, sedangkan yang diakhiri dengan intonasi menaik umumnya berupa kalimat tanya.
Contoh:
- Mereka sudah pergi.
- Mereka sudah pergi? Kapan?
Berbicara tentang intonasi berarti berbicara juga tentang jeda. Jeda adalah penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan.
Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan.
Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan garis miring [/], tanda koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda
hubung [-], atau tanda pisah [--]. Jeda juga dapat memengaruhi pengertian
atau makna kalimat. Perhatikan contoh di bawah ini.

Menurut pemeriksaan dokter Joko Susanto memang sakit
Kalimat ini dapat mengandung pengertian yang berbeda jika jedanya berubah. Misalnya,
a. Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit.
(yang sakit dokter Joko Susanto)
b. Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit.
(yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto)
c. Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit.
(yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto)

C. Ciri Bahasa Indonesia Baku
Bahasa baku adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedoman yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Pedoman Pembentukan Istilah, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bahasa yang tidak mengikuti kaidahkaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak baku. Fungsi bahasa baku ialah sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan, dan kerangka acuan. Ciri-ciri ragam bahasa baku, yaitu, sebagai berikut.
1. Digunakan dalam situasi formal, wacana teknis, dan forum-forum resmi seperti seminar atau rapat.
2. Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan aturannya tetap dan tidak dapat berubah.
3. Bersifat kecendekiaan, artinya wujud dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang lain mengungkapkan penalaran yang teratur.
4. Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah.
5. Dari segi pelafalan, tidak memperlihatkan unsur kedaerahan atau asing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar